68 research outputs found

    EXPERIENCES OF DRUG USERS IN IIA CLASS JAIL YOGYAKARTA

    Get PDF
    United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) estimated that about 149-272 million people or 3.3 % - 6.1 % of world population aged 15-64 years used drugs (even once) during their life time. This estimation will increase with time (BNN, 2011). The number of prisoners suffering HIV/AIDS in recent years were increasing as well if compared to its numbers in the year 2011 from 787 people to 1042 people. It was estimated that in the year 2015, the number of drug users in Indonesia would increase to 5.8 million people, since the number of drug users at the present time were reached 4 million people. For the time being, in Yogyakarta second A class drug jail , the number of drug users were 256 people; this number were constant; its mean that if there was prisoner got his / her freedom, another prisoner was incoming. Data from BNN in August 2013 years, 70% of 4 million drug users in Indonesia were workers (productive aged). Aim; To discovered population research experiences that cause them used drugs and depend on its. Research method: This was qualitative research with phenomenological approach. Data gathering technique were deep interview and FGD toward 30 respondents. Data were analyzed using reduction, data display, and conclusion drawing/verification. The majority of respondents mentioned that they used drugs because of they wanted to know and the influence of friends. Drugs, kinds of sabu, used to increase energy and ganja were used to obtain peacefulness. Drugs users wanted to use its forever; therefore, they wanted to stop because of punishment to be in jail not because of the drugs had negative effects to the body. The majority of respondents mentioned that to stop using drugs must be self motivated; on the contrary, the obstacle to stop using drugs because of missing sensation to use it. They named it suggest. Using drugs were conducted by research population because of environmental influence, to increase energy and to obtain peacefulness. Keywords : The experiences of drug use

    PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DENGAN GENERAL ANESTESI DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    Get PDF
    ABSTRACT Anxiety is an uncomfortable or anxious feeling or fear accompanied by an autonomous response. Preoperative anxiety is a common problem experienced by patients undergoing surgery. Surgical procedures regardless of the difficulty of intervention can cause fear for the patient. Some of the main factor of fears reported to being unconscious, the surgery itself and the pain of recovering from anesthesia. One of the factors that can reduce preoperative anxiety is lavender aromatherapy. Lavender oil has a lot of potential because it has some content such as monoterpenehydrocarbon, camphene, limonene, geraniol lavandulol, nerol and most contain linalool and linalool acetate with about 30-60% of the total weight of oil, where linalool is the main active ingredient as relaxation to reduce anxiety. To Know the effect of lavender aromatherapy on anxiety in preoperative patients with general anesthesia. This is a quantitative pre experimental research using one group pretest and posttest design, conducted in RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. The sample consisted of 35 patients given lavender aromatherapy selected using consecutive sampling technique. Data collection using Questionnaire The Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS), with wilcoxon test analysis. The results showed that there was an average difference between anxiety before and after lavender aromatherapy p value = 0,000 (< 0,05)Thus, lavender aromatherapy had an effect on decreasing anxiety in preoperative patient with general anesthesia Keywords: anxiety, preoperative, general anesthesia, lavender aromatherapy INTISARI Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan gelisah disertai respon otonom. Kecemasan pra operasi adalah masalah umum yang dialami pasien yang akan menjalani operasi. Prosedur pembedahan terlepas dari kesulitan intervensi dapat menyebabkan ketakutan bagi pasien. Sebagian ketakutan utama adalah menjadi tidak sadar, operasi itu sendiri dan rasa sakit saat pulih dari anestesi. Salah satu faktor yang dapat mengurangi kecemasan pre operasi adalah dengan pemberian aromaterapi lavender. Minyak lavender mempunyai banyak potensi karena memiliki beberapa kandungan seperti monoterpenehidrokarbon, camphene, limonene, geraniol lavandulol, nerol dan sebagian besar mengandung linalool dan linalool asetat dengan jumlah sekitar 30-60% dari total berat minyak, dimana linalool adalah kandungan aktif utama sebagai relaksasi untuk mengurangi kecemasan. Diketahuinya pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap kecemasan pada pasien pre operasi dengan general anestesi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain pre eksperimental dan rancangan one group pretest and posttest design, dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Sampel terdiri dari 35 pasien yang diberi aromaterapi lavender dipilih menggunakan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner The Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS), dengan analisis uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kecemasan sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi lavender p value = 0,000(< 0,05), dengan demikian aromaterapi lavender berpengaruh menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi dengan general anestesi. Kata Kunci : kecemasan, pre operasi, general anestesi, aromaterapi lavende

    PENGARUH VIDEO SENAM HIPERTENSI TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEWON II BANTUL YOGYAKARTA

    Get PDF
    Hipertensi merupakan suatu gejala penyakit degeneratif kardiovaskuler yang paling banyak di alami oleh lansia dan belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya. Hipertensi merupakan faktor risiko yang paling lazim berlanjut ke penyakit kardiovaskular yang berakhir kematian. Namun penurunan tekanan darah secara farmako dan nonfarmako akan dapat mengurangi kerusakan organ target dan mencegah penyakit-penyakit kardiovaskular. Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental dengan desain ”Prettest and Posttest design with control group”. Tehnik sampling yang digunakan adalah dengan random sampling, dengan kriteria inklusi :1. Penderita hipertensi yang memiliki riwayat hipertensi, 2. Penderita hipertensi berusia 30-65 tahun, 3. Penderita hipertensi yang dapat melakukan senam, dengan Kriteria eksklusi: Penderita hipertensi yang mengalami kelemahan anggota gerak. . Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui pengukuran tekanan darah. Analisis data yang digunakan bivariat dan univariat dengan uji T –test dan Wilcoxon serta Mann Whitney. Populasi adalah pasien yang mempunyai riiwayat hipertensi di wilayah Puskesmas Sewon II Bantul Yogyakarta. Teknik sampling random sampling untuk menentukan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Sampel berjumlah 60 yang terdiri dari 30 sampel kelompok perlakuan, dan 30 sampel kelompok kontrol. Hasil berdasarkan analisis uji beda pada kelompok pasien yang melakukan senam hipertensi didapatkan secara signifikan adanya perbedaan rerata penurunan tekanan darah sistolik pada pasien dengan riwayat hipertensi dengan p value = 0,000 (p 0,005), . Kesimpulan bahwa Video Senam hipertensi dapat menurunkan tekanan darah sistolik pasien yang mempunyai riwayat hipertensi Kata Kunci: video senam, tekaan darah , hipertens

    HUBUNGAN HIPOTERMI DENGAN WAKTU PULIH SADAR PASCA GENERAL ANESTESI DI RUANG PEMULIHAN RSUD WATES

    Get PDF
    Abstrak General anesthesia is one of the causes of hypothermia. Post anesthetic hypothermia affects the decrease in metabolism of anesthetic agents resulting in long duration of anesthesia and prolonged conscious recovering time. Post general hypothermic anesthesia still occurs, this requires appropriate handling to prevent recovered conscious time slowing due to hypothermia. The purpose of this study was to determine the correlation of hypothermia with time to recover conscious post general anesthesia. Correlational with cross sectional design. Sampling of consecutive sampling research consisting of 55 samples undergoing general anesthesia and using chi square test. The results showed that respondents mostly post-anesthetic hypothermia (65.5%) The incidence of recovering time was slowly due to hypothermia (52.7%) of the total respondents. Chi square test result obtained x2 4,954 with significance (p) 0,026 and value of contingency 0,323. The statistical test results show that p value 0.026 is smaller than 0.05 (0.026 <0.05), there is a hypothermic correlation with the unconscious post-general anesthetic time, as for the contingency value of 0.323 close to 0, then the closeness of the correlation between hypothermia with conscious recovered time is low. There is a hypothermic correlation with a conscious recovering time that respondents who hypothermia and recovered conscious time will be slow. The closeness of the hypothermic correlation to the unconscious post-general anesthetic time is weak, as a result of other factors such as the effects of anesthetic, the length of anesthesia, the type of surgery, weight, and other metabolic disorders by the respondent. INTISARI Tindakan general anestesi adalah salah satu penyebab terjadinya hipotermi. Hipotermi pasca anestesi memengaruhi penurunan metabolisme obat anestesi yang mengakibatkan durasi anestesi lama dan waktu pulih sadar memanjang. Kejadian hipotermi pasca general anestesi masih terjadi, ini memerlukan penanganan yang tepat untuk mencegah waktu pulih sadar melambat akibat hipotermi. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan hipotermi dengan waktu pulih sadar pasca general anestesi. Korelasional dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel penelitian secara consecutive sampling yang terdiri dari 55 sampel yang menjalani tindakan general anestesi dan menggunakan uji chi squre. Penelitian menunjukkan responden sebagian besar mengalami hipotermi pasca anestesi (65,5%). Kejadian waktu pulih sadar lambat akibat hipotermi sebesar (52,7%) dari keseluruhan responden. Hasil uji chi squre didapat hasil nilai x2 sebesar 4,954 dengan signifikansi (p) 0,026 dan nilai kontingensi 0,323 . Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p value 0,026 lebih kecil dari 0,05 (0,026<0,05), terdapat hubungan hipotermi dengan waktu pulih sadar pasca general anestesi, sedangkan untuk nilai kontingensi 0,323 mendekati 0, maka keeratan hubungan antara hipotermi dengan waktu pulih sadar adalah rendah. Ada hubungan hipotermi dengan waktu pulih sadar yaitu responden yang mengalami hipotermi dan waktu pulih sadarnya akan lambat. Keeratan hubungan hipotermi dengan waktu pulih sadar pasca general anestesi adalah lemah, akibat dari faktor lain seperti efek obat anestesi, lama anestesi, jenis pembedahan, berat badan, dan gangguan metabolisme lainnya yang dialami responden. Kata Kunci: general anestesi, hipotermi pasca anestesi, waktu pulih sadar

    Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Shivering Pada Pasien Spinal Anestesi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

    Get PDF
    Shivering merupakan komplikasi yang sering terjadi pada teknik anestesi spinal. Faktor risiko terjadinya shivering intra anestesi antara lain umur, lama operasi, suhu lingkungan yang dingin dan IMT rendah. IMT rendah lebih mudah kehilangan panas sehingga tubuh berkompensasi terhadap penurunan suhu tubuh untuk meningkatkan produksi panas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan IMT dengan kejadian shivering pada pasien spinal anestesi, frekuensi IMT dan kejadian shivering dan tingkat keeratan hubungan. Metode yang digunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Sampel penelitian sebanyak 40 responden dan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian yaitu IMT kurus 21 responden (52,5%) dan kejadian shivering 21 responden (52,5%). Kejadian shivering intra anestesi lebih tinggi terjadi pada IMT kurus dibandingkan dengan IMT tidak kurus. Hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square yaitu p value 0,005 (p < 0,05). Kesimpulan penelitian bahwa terdapat hubungan IMT dengan kejadian shivering pada pasien dengan spinal anestesi. Responden sebagian besar memiliki IMT kurus dan sebagian besar mengalami shivering. Tingkat keeratan hubungan sedang. Kata kunci: Anestesi spinal, IMT, Shiverin

    THE CORRELATION OF BODY MASS INDEX WITH SHIVERING OF SPINAL ANESTHESIC PATIENTS IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    Get PDF
    ABSTRACT Shivering is the most common complications of spinal anesthesia. Risk factors for intra-anesthetic shivering include age, duration of operation, cold environmental temperature, and low BMI. A low BMI is easier to lose heat since there is more chances that the body decreases the temperature to increase heat production. The objective is to finding out the correlation of BMI with shivering in spinal anesthesia patient, the frequency of BMI and shivering, the level of closeness of relationship and the risk factor of BMI with shivering. The method is observational analytic using cross sectional approach. The sampling technique is total sampling. The sample of research includes 40 respondents and using Chi Square test. The result of the research is BMI of underweight includes 21 respondents (52,5%) and respondents undergoing shivering equal to 21 respondents (52.5%). Shivering occurs more often in the body mass index of underweight compared with BMI of normal up to overweight. The statistical test of Chi Square results p value 0,005 (p <0,05). The conclusion is there is a correlation of BMI with shivering in spinal anesthesia patients. Respondents mostly had BMI of underweight and most shivering. The level of closeness of the correlation is moderate. Keywords: Spinal anesthesia, Body Mass Index, Shivering INTISARI Shivering merupakan komplikasi yang sering terjadi pada teknik anestesi spinal. Faktor risiko terjadinya shivering intra anestesi antara lain umur, lama operasi, suhu lingkungan yang dingin dan IMT rendah. IMT rendah lebih mudah kehilangan panas sehingga tubuh berkompensasi terhadap penurunan suhu tubuh untuk meningkatkan produksi panas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan IMT dengan kejadian shivering pada pasien spinal anestesi, frekuensi IMT dan kejadian shivering dan tingkat keeratan hubungan. Metode yang digunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Sampel penelitian sebanyak 40 responden dan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian yaitu IMT kurus 21 responden (52,5%) dan kejadian shivering 21 responden (52,5%). Kejadian shivering intra anestesi lebih tinggi terjadi pada IMT kurus dibandingkan dengan IMT tidak kurus. Hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square yaitu p value 0,005 (p < 0,05). Kesimpulan penelitian bahwa terdapat hubungan IMT dengan kejadian shivering pada pasien dengan spinal anestesi. Responden sebagian besar memiliki IMT kurus dan sebagian besar mengalami shivering. Tingkat keeratan hubungan sedang. Kata kunci: Anestesi spinal, IMT, Shiverin

    Perbedaan Tingkat Kecemasan antara Karyawan yang Dilatih dan yang Tidak Dilatih dalam Kesiagaan Menghadapi Bencana Kebakaran di Kampus Terpadu STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta

    Get PDF
    Latar Belakang : Kecemasan dapat menghambat upaya penyelamatan dan evakuasi saat kebakaran. Pelatihan bencana kebakaran dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesiapan emosional untuk melakukan evakuasi secara mandiri. Tujuan : Penelitian mengidentifikasi perbedaan tingkat kecemasan antara karyawan yang dilatih dan yang tidak dilatih dalam kesiagaan menghadapi bencana kebakaran di Kampus Terpadu STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. Metode : Metode penelitian komparatif deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Responden penelitian terdiri dari 60 karyawan dan diambil dengan menggunakan teknik quota sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner dan diuji dengan teknik uji Mann Whitney. Hasil : Sebagian besar karyawan yang dilatih dalam menghadapi bencana kebakaran memiliki kecemasan normal dan sebagian besar karyawan yang tidak dilatih dalam menghadapi bencana kebakaran memiliki kecemasan ringan. Analisis Mann whitney menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi ???? = 0,05 diperoleh nilai ???? = 0,000 sehingga ???? < 0,05. Simpulan : Ada perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan antara antara karyawan yang dilatih dan yang tidak dilatih dalam kesiagaan menghadapi bencana kebakaran di Kampus Terpadu STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. Saran : Hasil penelitian ini menyarankan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta untuk memberikan pelatihan bencana kebakaran kepada seluruh karyawan

    Hubungan Religiusitas dengan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi di Dusun Panjang Panjangrejo Pundong Bantul

    Get PDF
    Latar Belakang : Psikologi merupakan salah satu dampak dari terjadinya bencana. Gempa bumi yang terjadi di DIY Mei 2006 silam, menimbulkan problem psikologis berupa depresi, stress, cemas, dan kebingungan. Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa warga takut, khawatir dan bingung saat gempa terjadi dan ibadah mereka meningkat paska gempa bumi 2006. Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan religiusitas dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi bencana gempa bumi di dusun Panjang Panjangrejo Pundong. Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode diskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 330 orang, diambil sampel dengan teknik stratifielt random sampling sebanyak 77 orang. Analisa data menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment. Hasil Penelitian : Religiusitas responden di dusun Panjang mayoritas responden dengan kategori religiusitas cukup sebanyak 39 orang (50,6%) dan tingkat kecemasan terbanyak dengan kategori kecemasan sedang sebanyak 57 orang (74,0%). Hasil uji statistic Pearson Product Moment nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) dengan keeratan hubungan variabel sebesar -0,725. Simpulan : Ada hubungan yang bermakna antara religiusitas dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi bencana gempa bumi di dusun Panjang Panjangrejo Pundong Bantul dengan nilai p value 0,000 (p<0,05) dengan nilai contingency coefficient -0,725. Saran : Diharapkan untuk meningkatkan nilai religiusitas yang dapat mengurangi tingkat kecemasan dalam menghadapi bencana gempa bumi

    PENERAPAN RESTRAINS PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG INTENSIF RSJ GRHASIA

    Get PDF
    Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu sindrom klinis atau proses penyakit yang mempengaruhi persepsi, emosi, perilaku dan fungsi sosial. Permasalahan utama yang sering terjadi pada pasien Skizofrenia adalah perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Upaya kuratif untuk menangani perilaku kekerasan dengan melakukan penerapan restrains. Tujuan studi kasus ini adalah mengetahui prosedur dan respon pasien terhadap penerapan restrains pada dua pasien dengan perilaku kekerasan di Ruang Intensif Rumah Sakit Jiwa Grhasia. Metode studi kasus adalah deskriptif dengan desain studi kasus menerapkan proses asuhan keperawatan. Hasil studi kasus setelah dilakukan penerapan restrains yaitu penerapan restrains terbukti efektif terhadap penurunan perilaku kekerasan pada pasien Skizofrenia ditandai dengan adanya penurunan respon perilaku, emosi, fisik dan verbal. Kesimpulan yaitu penerapan restrains merupakan intervensi untuk mengendalikan tindakan kekerasan yang timbul akibat perilaku maladaptif dalam diri pasien. Kata Kunci : Perilaku kekerasan, Restrains, Skizofreni

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA MENGHADAPI UJIAN PRA KLINIK DI JURUSAN KEPERAWATAN

    Get PDF
    Background: The experience of teaching in the Department of Nursing Poltekkes Yogyakarta in academic year 2004/2005 as much as 25.43%, academic year of 2005/2006 as much as 11.53% of the students did not pass the pre-clinical test on each of the competencies tested, so some students must test up to three times before it passed to one of competence. To be able to pass the pre-clinical test, students must master the standard operating precedure (SOP) of all the competencies tested, with no one. This raises its own concerns for the students as expressed by 5 students when interviewed, they felt shaking, cold sweat, stomach ache when pre-clinical examinations. Objective: Knowledgeable percentage level of anxiety among college students in the face of polytechnic Programs Nursing practice exam Knowledgeable factors that most influence anxiety in Yogyakarta Programs Nursing Polytechnic student in the face of the bar exam. Method: This study is a descriptive analyitic cross Sectional. 3.) experiment was conducted in October and November 2007 in Yogyakarta Health Laboratory Polytechnic Nursing Programs. Population is a student semester V Programs Nursing Health Polytechnic Yogyakarta academic year 2007/2008. The sample in this study the total sample of all V semester students of the academic year 2007/2008 a number of 80 students. The data was collected using quetionnaire given before the student undergoing the test on the day I. Result: Most students do not master the controls and cases did not experience anxiety. From the p-value 0.720, indicating that mastery of the case has no effect on anxiety in college students. In pre-clinical test, the case given is a case that can be understood by reasoning and previous students already have experience, so this does not affect anxiety. After performed multivariate analysis with logistic regression then there are four factors together – the same that affect student anxiety when pre-clinical test to study the optimal SOP, training in the laboratory, not afraid of the examiner and are not afraid of achievement will go down at the same time reduce the level of anxiety among college students during pre-clinical examinations. Of the four factors, the SOP is to study the most influential factor to the decrease in student anxiety during pre-clinical examination. Conclusion: From data analysis it can be concluded as follows: The level of student anxiety Polytechnic Yogyakarta Health Nursing Department at the face pre-clinical test are not worried about 46.26%, 53,73% experienced anxiety which consisted of anxiety were 71.16% and 28 severe anxiety, 84% ., factors-factors that influence anxiety in students at the Polytechnic of Health Department of Nursing students during exam face pre-clinical study did not include SOPs, lack of exercise in the laboratory, fear of testing, fear of performance down, factors that most influence on students’ anxiety Health Programs in Nursing student at Polytechnic face pre-clinical test are not learning the SOP. Keywords: Depresi, diabetes mellitus, dukungan sosia
    corecore